Selasa, November 26, 2013

Selamat HUT PGRI dan Hari Guru 2013

FotoTidak banyak diantara kita yang tahu bahwa hari ini 25 November 2013 adalah Hari Guru Nasional 2013 dan Hari Ulang Tahun PGRI Ke-68. Tentu ada sebuah harapan besar di hari ulang tahun guru ini. Harapan besar itu adalah bersatunya para pendidik dalam satu wadah organisasi yang bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Suka atau tidak suka PGRI adalah salah satu organisasi pendidik terbesar yang diakui pemerintah, dan hari kelahiran PGRI kita peringati sebagai hari guru.
PB PGRI mengusung tema Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke 68 Tahun 2013 “Mewujudkan Guru yang Kreatif dan Inspiratif dengan Menegakkan Kode Etik untuk Penguatan Kurikulum 2013.” Hal ini dimaksudkan untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan.
Kalau kita cermati struktur penduduk kita pada tahun 2010, terdapat 46 juta anak usia 0 sampai 9 tahun dan 44 juta anak usia 10 sampai 19 tahun. Jadi, sekarang ini kalau kita ingin mempersiapkan generasi 2045, tidak ada pilihan lain kecuali harus memperkuat layanan, baik akses maupun kualitas pendidikan kita, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada tahun 2045, mereka akan berusia 35 sampai 44 tahun dan 45 sampai 55 tahun. Merekalah yang akan memimpin dan mengelola bangsa dan negara yang kita cintai ini. Mereka harus kita bekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan zamannya. Mereka harus memiliki kemampuan berpikir orde tinggi, kreatif, inovatif, berkepribadian mulia, dan cinta pada tanah air, serta bangga menjadi orang Indonesia, sebagaimana yang digagas dalam Kurikulum 2013.
Untuk itu, prinsip yang dikembangkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan adalah memberikan layanan pendidikan sedini mungkin (start earlier) melalui gerakan PAUD, memberikan kesempatan bersekolah setinggi mungkin (stay longer) melalui pendidikan menengah universal (PMU), dan peluasan akses ke perguruan tinggi. Selain itu, pemerintah juga memperluas jangkauan dan menjangkau mereka yang tidak terjangkau (rich wider) melalui program bantuan siswa miskin (BSM), Bidikmisi, dan sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T).
Hal ini dimaksudkan agar anak-anak Indonesia di manapun berada dan apapun latar belakang sosial dan ekonominya dapat memperoleh layanan pendidikan setinggi mungkin.
Pendidikan tersebut harus terjangkau dan berkualitas. Guru dan tenaga kependidikan menjadi faktor penentunya sehingga ketersediaan dan profesionalitas guru harus ditingkatkan
Tema diatas adalah sebuah momentum yang tepat, disaat gunjang-ganjingnya permasalahan bangsa, guru menjadi tambatan hati untuk menjadi publik figure dalam membentuk kepribadian dan karakter bangsa. Peran guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan sangat menentukan.
Disaat banyak media mengeksploitasi kebejatan moral para petinggi bangsa, di saat masyarakat mendambakan sebuah aksi perubahan yang sering dikampanyekan oleh juragan politik, bagaimana posisi seorang guru? Sungguh sayang sekali, justru disaat kebutuhan akan guru sangat mendesak untuk menambal sulam yang pensiun. Kenyataanya kebutuhan akan profesi guru harus di moratorium juga, walau banyak teriakan hausnya sebuah pendidikan bermutu banyak dilontarkan oleh corong-corong daerah. Kondisi objektif ini masih belum menunjukkan harapan yang signifikan antara keberimbangan pangsa pasar (peserta didik) dengan SDM (kuota guru) yang ada.
Hari Guru Nasional dan HUT PGRI yang ke 68, tahun ini adalah usia yang cukup matang dan dewasa bagi sebuah organisasi. Seharusnya menjadi sebuah refleksi, renungan dan evaluasi bagi semua guru untuk membuka kembali lembar catatan dari banyak peristiwa, persoalan, tantangan, dan kendala yang telah dihadapi. Seberapa besar ponten yang dapat kita berikan untuk profesionalitas diri kita? Tentu, kita sendirilah yang bisa menjawabnya. Karena menjadi guru profesional bukanlah perkara gampang, maka perlu kesadaran dari diri kita juga yang harus memulainya untuk mengangkat citra profesi yang digugu dan ditiru. Citra guru yang baik akan mengangkat kualitas pendidikan itu sendiri. Dan pendidikan yang baik akan dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Mudah-mudahan para guru selalu mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. “Tidak ada guru, tidak ada pendidikan, tidak ada pendidikan mustahil ada proses pembangunan”.
Hanya dengan sentuhan guru yang profesional, bermartabat, dan ditauladani, maka anak-anak bangsa akan menerima proses pembelajaran yang mendidik dan bermutu. Ada sebuah kalimat hikmah, “man yazra’ wa huwa yahsud”, artinya siapa yang menanam, dialah yang akan memanen. Jika kita menginginkan kebaikan bagi diri kita, maka mulailah dari diri kita untuk menebarkan kebaikan kepada orang lain. Dalam makna lain siapa yang menanam padi, dia akan memanen padi pula. Bahkan rumput pun akan tumbuh disekitar padi itu. Namun, siapa yang menanam rumput, jangan harap ada padi yang bisa tumbuh.
Oleh karena itu guru harus meningkatkan customer service bagi anak didiknya. Karena jasa-jasa guru akan terpatri dan guru akan selalu hidup dalam setiap kenangan dan langkah kehidupan anak didiknya, sebagaimana sering dilantunkan peserta didik dalam lagu Hymne Guru. Akhir dari tulisan ini, ada seuntai pesan kata bijak dari orang yang telah melanglang buana menikmati indahnya profesi guru. Prof. Dr. A. Malik Fadjar dalam tulisannya “Guru itu adalah cermin pendidikan, dan pendidikan itu akan tercermin dari para guru”. Semoga menjadi spirit buat para guru Indonesia dan direfleksikan dalam sisa perjalanan usia kita. Selamat Hari Guru Nasional dan Sukses untuk kita semua.
Semoga PGRI, guru, dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
By Muhammad Yuliawan on Senin, November 25

Jumat, November 22, 2013

WORKSHOP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Dalam rangka pelaksanaan Kurikulum 2013, pemerintah melalui Kemendikbud telah menerbitkan peraturan baru tentang Implementasi Kurikulum yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013.
Permendikbud no 81 A Tahun 2013 ini menyertakan lima lampiran yang memuat tentang beberapa pedoman yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013, yaitu :
  1. Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
  2. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal
  3. Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler
  4. Pedoman Umum Pembelajaran dan
  5. Pedoman Evaluasi Kurikulum.
Untuk mensosialisasikan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali melaksanakan kegiatan Pengimplementasian Kurikulum 2013 dengan menyertakan Guru SD, SMP, SMA dan SMK di HOtel Taman Wisata Jalan Nangka Selatan 98 Denpasar. Kegiatan ini dibagi menjadi dua gelombang yaitu Gelombang I untuk Kepala SD dan Kaur Kurikulum SMP dari tanggal 18 s/d 22 Nopember 2013. Gelombang II untuk Wakasek Kurikulum SMA/SMK dari tanggal 25 s/d 29 Nopember 2013.
Berikut ini hasil dan dokumentasi kegiatan gelombang I.

Ngelawar, Nyanggra Piodalan Ring Pura Padmasana Dwijendra


Piodalan di Pura Padmasana Dwijendra Denpasar jatuh setiap Purnama Kalima. Tahun 2013 ini jatuh pada Minggu, 17 Nopember 2013 bertepatan dengan Kajeng kliwon.
Sesuai dengan pembagian tugas pennyanggra, tahun ini di empon oleh SMA. Sehari sebelumnya diadakan kegiatan lomba Gebogan bagi siswa dan Ngelawar bagi Guru. Tampak dalam gambar, Pak Wantra sebagai master of lawar SMP, sedang membuat persiapan adonan lawar. Beliau didampingi oleh Pak Surya dan Pak Dharma sebagai asisten.

Minggu, November 03, 2013

Veteran Pejuang Asimah Tjilik Berpulang

TOKOH wanita veteran pejuang Bali, Asimah Tjilik berpulang dengan tenang dalam usia 87 tahun, Kamis (31/10) lalu. Kini jenazah tokoh veteran Bali ini disemayamkan di rumah duka di Jl. Mayor Metra No. 21 Liligundi, Singaraja.

Eed upacara pengabenan akan diawali dengan upacara mabersih tanggal 7 November pukul 14.00 wita. Sedangkan upacara pengabenan dilaksanakan 8 November mendatang di Setra Buleleng pukul 10.00 wita. Semua rangkaian upacara di-sanggra krama Br. Liligundi.

Asimah Tjilik adalah istri veteran pejuang Bali Pak Tjilik (alm). Keduanya menyimpan kisah heroik melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Bahkan semasa hidupnya Asimah Tjilik sangat dekat dengan tokoh veteran pejuang asal Br. Lumajang Samsam, Tabanan, alm. Desak Gede Raka Nadha yang berpulang terlebih dahulu.

Almarhumah meninggalkan enam anak, masing-masing Ir. I Wayan Abdi Negara, M.Si., yang kini menjadi Sekretaris Yayasan Dwijendra Pusat Denpasar, Nengah Abdiwati yang kini menjadi sulinggih, I Wayan Astawa Jaya, S.H., Dra. Susilawati (Wakasek SMA Dwijendra), Nyoman Satia Negara, S.H., M.H. (PNS) dan Ketut Yadnyaningsih.

Ketua Yayasan Dwijendra Pusat Drs. MS Chandrajaya, S.H., M.Hum. yang juga dari keluarga pejuang, Sabtu (2/11) kemarin langsung memimpin jajaran Dwijendra mengungkapkan rasa belasungkawa ke rumah duka sekaligus merasa kehilangan wanita pejuang yang ikut bersama suami membidani lahirnya Dwijendra. Chandrajaya saat itu didampingi para kepala TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Rektor Undwi Dr. I Ketut Wirawan, S.H., M.Hum.

Putra tertua almarhumah, I Wayan Abdi Negara, menjelaskan ibundanya mengembuskan napas terakhir di rumah Monang-maning akibat sakit karena lanjut usia. Anggota LVRI Bali bernomor 696/04/IX ini di mata anak-anaknya adalah seorang ibu yang setia dan gigih berjuang membela bangsa. Termasuk berjuang di keluarga mendidik anak-anaknya menempuh pendidikan setinggi mungkin. Untuk itu dia mohon doa restu kepada teman sejawat, keluarga dan krama Bali agar arwahnya diterima di sisi Tuhan dan rangkaian upacara berjalan lancar. Dia juga minta maaaf atas kesalahan yang diperbuat ibundanya tercinta selama hidupnya.

Disiksa NICA

Asimah Tjilik dilahirkan di Yogyakarta, 22 November 1926. Asimah Tjilik ini menyimpan berbagai kisah dan memori sedih penuh penyiksaan selama zaman revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan.

Pada zaman NICA masuk Bali, Asimah yang saat itu menuntut ilmu di Pertiwi School Tabanan rela berhenti sekolah karena putri Tomo Wiharjo dan Saodah ini harus menjadi pasukan penghubung dan pemasok makanan bagai para pejuang. Selama menjalankan tugasnya itu, dia sering ditangkap oleh tentara NICA bahkan disiksa. Dia kerap tak mau menjelaskan soal strategi perjuangan rekan para pejuang sehingga sering mendapatkan tendangan dan penyiksaan. Bahkan pelipisnya pernah robek karena disiksa tentara NICA.

Namun di balik kisah perjuangan itulah dia bertemu jodoh dengan Nengah Wirtha Tamu yang kemudian dikenal dengan sebutan Pak Tjilik. Bahkan dia rela menjalani cinta jarak jauh selama 12 tahun, sebab Pak Tjilik bertugas di Buleleng sedangkan dia di Tabanan. Usai masa perjuangan dia diangkat menjadi pegawai di RS Tabanan. Saat itulah dia dipersunting Pak Tjilik. Bahkan hari pernikahannya sangat unik yakni tepat digelar tanggal 17 Agustus karena penuh nuansa heroik.