Tampilkan postingan dengan label teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teknologi. Tampilkan semua postingan

Jumat, November 27, 2015

Google Maps Sudah Bisa Tanpa Internet di Indonesia, Caranya?

KOMPAS.com — Dipamerkan untuk pertama kali pada ajang Google I/O Mei lalu, kemampuan mengakses Google Maps tanpa koneksi internet (offline) akhirnya sudah bisa digunakan di Indonesia mulai Senin (23/11/2015).

"Dengan peluncuran fitur offline di Google Maps, kami ingin menghilangkan ketidakpastian ini (internet putus mendadak) agar orang Indonesia bisa menemukan tujuan mereka tanpa berbelok di jalan yang salah," kata Nikhil Vaishnavi, Product Manager Google Maps, dalam keterangan pers yang diterima KompasTekno.

Fitur offline ini mengizinkan pengguna untuk mengunduh sebuah area ke ponsel. Jadi, saat perangkat mulai offline, Google Maps tetap bisa bekerja seperti biasa.

Saat masuk ke mode offline, pengguna tetap bisa mencari destinasi, mendapat navigasi belokan demi belokan, dan menemukan informasi tentang destinasi tersebut, seperti jam operasional, nomor telepon, dan rating.

Tentu saja, area yang ingin dicari pengguna sebelumnya sudah harus diunduh terlebih dahulu sebelum masuk ke mode offline. Apabila area belum diunduh, Google Maps tidak akan menampilkan destinasi yang dicari.

Kemampuan akses offline ini diharapkan dapat membantu pengguna memangkas pemakaian data (dan sedikit banyak penggunaan baterai) saat mengakses Maps di tengah jalan.

Kemampuan offline tersebut bakal hadir di Google Maps versi terbaru. Google mengungkapkan, versi terbaru ini akan dirilis secara bertahap kepada pengguna Android mulai hari ini. Sementara itu, versi iOS bakal segera menyusul.

Bagi pengguna yang sudah mendapat pembaruan, berikut langkah-langkah memanfaatkan fitur akses offline pada Google Maps.

Untuk perangkat berbasis Android:

1. Pastikan Anda terhubung ke internet dan masuk ke akun Google.
2. Buka aplikasi Google Maps.
3. Telusuri tempat, misalnya Jakarta.
4. Di bagian bawah, sentuh kotak yang mencantumkan nama tempat yang ditelusuri.
5. Pilih unduh.

Untuk perangkat berbasis iOS:

1. Pastikan Anda terhubung ke internet dan masuk ke akun Google.
2. Buka aplikasi Google Maps.
3. Telusuri tempat, misalnya Jakarta.
4. Di bagian bawah, sentuh kotak tempat nama lokasi yang Anda telusuri.
5. Di kanan atas, sentuh menu three vertical dots.
6. Untuk menyimpan peta, pilih simpan peta offline. Ikuti petunjuk di layar.

Untuk melihat peta offline, masuk ke Google Maps, kemudian sentuh three vertival dots dan pilih area offline.

Untuk versi iOS, ukuran terbesar untuk peta offline adalah 50 km x 50 km. Jika mencoba untuk menyimpan area yang lebih besar dari ukuran maksimum, pengguna akan diminta memperkecil area unduhan.

Sementara itu, untuk versi Android, area yang bisa diunduh adalah 120.000 kilometer persegi.
Dikutip dari Kompas.Tekno

Senin, Februari 11, 2013

10 Teknologi yang Menjengkelkan Pengguna


1. Voice Recognition (VR)



Anda: "Tutik"
VR: "Did you mean: Too Thick?
Anda: "Tutik" 
VR: "Sorry, please try again..."
Anda: "d@*%&mph#@!?*&%"
VR: "Did you mean d@*%&mph#@!?*&%  ?"







2. Alarm Mobil
 
Tentu anda pernah mendengar ini: alarm mobil yang berbunyi terus menerus, seperti lolongan anjing di tengah malam, dan seperti tidak ada yang peduli ? Sebenarnya yang terjadi adalah orang yang bersangkutan tengah bergulat seru dengan remote control key yang ........ habis baterainya. Atau tengah terjadi korsleting listrik pada mobil tersebut. Entah karena debu atau kabel yang terbuka. Tidak ada jalan lain: cabut kabel aki. Mungkin anda berdoa dalam hati agar hal tersebut tidak terjadi pada diri anda. (Ilustrasi Gambar: Tetapi jika anda memutuskan untuk mencabut alarm mobil anda, ini yang bisa anda lakukan)

3. Captcha

Meskipun tujuannya baik yakni untuk memfilter pengguna yang "bukan" manusia, tetapi hal ini membuat manusia yang asli jadi merasa terganggu. Setiap kali harus mengisi captcha (bahkan kata kunci pertama biasanya berupa captcha yang sulit dibaca/tidak mungkin dibaca), anda mungkin merasa disepelekan atau tak dipercaya. Tetapi fenomena captcha nampaknya masih akan tetap ada sampai ditemukan teknologi preventif. Salah satu idenya adalah mengganti captcha dengan game komputer singkat. Kalau anda menang, anda bisa masuk. Jika kalah, anda harus mengulang lagi. Jika anda draw, anda bisa mengisi captcha.

4. Kamera pada Tablet Komputer

 Pernahkah anda melihat orang merekam konser dengan komputer tablet ? Meskipun jarang terjadi (mungkin karena malu atau karena diteriaki orang di belakangnya) tetapi meletakkan kamera pada bagian belakang komputer tablet adalah teknologi yang ganjil dan terkesan dipaksakan. Agar hal ini tidak terjadi pada anda: jangan membeli tablet atau semprotlah lensa kamera belakang dengan cat hitam.

5. Weker 

Memang kita sendiri yang mengeset alarm tersebut, namun tetap saja ketika kita dibangunkan, dan masih setengah sadar, kita biasanya akan menekan tombol "Bangunkan lagi saya nanti", dan siklus menjengkelkan ini terus berulang dan berulang.

6. Printer Inkjet

Harganya yang murah, membuat anda segera membelinya. Hanya untuk kecewa kemudian ketika mengetahui bahwa printer canggih tersebut harus di reset atau cartridgenya rusak. Tidak sedikit dari pengguna printer inkjet yang kemudian menjualnya dengan harga murah. Atau bahkan membuangnya begitu saja karena harga printer baru dengan biaya service yang ternyata tidak jauh berbeda. Di pasar loak anda mungkin pernah melihat ada pedagang spesialis printer bekas yang tumpukan printernya setinggi gunung. Tumpukan tersebut seperti ingin mengejek anda. Dan ini adalah bukti di lapangan bahwa perusahaan printer inkjet berhasil menjual produknya. Dengan sukses.

7. Remote Control

Masuknya remote control aspal yang berharga murah adalah solusi bagi sebagian orang yang punya
anak kecil. (Karena punya anak kecil seringkali berarti remote control asli sering terjatuh dan kemudian pecah/rusak.) Meskipun dengan remote "baru" tersebut seringkali yang terjadi adalah anda menekan tombol, namun TV anda tidak bereaksi. Anda tekan sekali lagi tetap tidak ada reaksi. Ah, anda kemudian berpikir ide cemerlang untuk membeli baterai baru. Setelah terpasang, anda tekan sekali lagi remote tersebut. Hasilnya: tetap tidak ada reaksi dari TV anda. Kemudian anda membantingnya. Masalah sementara-selesai.

8. QR Code

QR Code adalah teknologi yang cerdas dan didesain dengan tingkat kerumitan yang tinggi. Namun mengubah-ubah posisi handphone untuk sekedar agar handphone anda membaca QR code adalah hal yang menjengkelkan. Masih lebih mudah membuka search engine, masukkan keyword, dst.
Sebelumnya anda harus mengunduh aplikasi pembaca QR Code untuk platform anda. Lalu membiarkan kamera handphone anda beberapa saat di atas barcode tersebut. Mirip ketika kasir supermarket menscan barang belanjaan. Setelah beep terdengar, anda bisa menuju website yang dimaksud dalam QR Code tersebut. Bagi marketer, QR code sangat menarik. Karena ini memungkinkan mereka memberi promosi khusus yang tak terbaca oleh pemirsanya. Mirip beriklan di dinding bus antar kota yang melaju kencang. Bagi pemirsa, QR Code berarti lebih banyak kesempatan agar kode-kode semakin banyak dan untuk tak dipedulikan.  Dan pada akhirnya orang menyerah untuk kemudian kembali ke laptop. Bermain dengan search engine.

9. Knalpot

Di negara maju, hal ini tidak terlalu menjadi masalah karena aturan yang ketat dan sanksi yang benar-benar dijalankan. Namun di negara sedang berkembang, pemandangan "Kompor Berjalan" adalah hal yang sering ditemui. Begitu juga dengan aturan yang tak benar-benar serius. Asap kendaraan yang bercampur dengan oli yang terbakar, ini tidak pernah menyenangkan, terlebih jika anda tepat berada di belakangnya.
         
10. VCD

Pernah menonton VCD yang kepingannya sudah tergores ? Biasanya anda bisa memperolehnya di tempat persewaan VCD. Yang paling menjengkelkan adalah, jika adegan yang 'macet' tepat pada saat adegan yang seru dan ingin kita tonton. Salah satu solusinya adalah, mengkopi VCD tsb ke dalam komputer, lalu membuang bagian yang rusak tersebut. (jika komputer masih bisa membacanya).

Minggu, Desember 02, 2012

Pudarnya Pamor Blog :Wawancara Nukman Luthfie

 TEMPO.CO, Jakarta - Menulis di blog tak sama dengan menulis di microblog seperti Twitter. Perbedaan mencolok yang terlihat adalah jumlah karakter yang tersedia. Selain itu, ide dan argumen yang ditampilkan di Twitter tak seutuh ketika menulis di blog.

Menulis di blog tak sama dengan menulis di microblog seperti Twitter. Sayangnya, justru orang kini lebih senang menulis di microblog. Sebab, banyak pemilik blog yang semula rajin mengaktualisasi diri lewat tulisan di blog kini beralih ke jejaring sosial yang hanya butuh tulisan pendek.

Tren ini terjadi lantaran karakter kreator yang diperlukan untuk membangun sebuah blog tak dimiliki banyak orang. "Jumlah kreator tidak banyak. Mereka kebanyakan adalah conversationalist,” kata Nukman Luthfie.

Padahal, bila sifat kreator dikembangkan, para blogger ini bisa menjadi conversationalist atau ahli cakap yang lebih berisi. Berikut ini pandangan Nukman terhadap perkembangan blogger di Indonesia kepada wartawan Tempo, Erwin Zachri.

Seperti apa awal perkembangan blog?
Dulu, yang namanya media sosial awalnya berbentuk forum. Lalu berkembang ke blog, Friendster, dan kemudian menjadi seperti sekarang.

Perbedaan antara blog dan media sosial?
Blog adalah satu-satunya tempat untuk mengaktualisasi diri dengan tulisan panjang, kalau forum bukan. Blog mulai ramai sekitar tahun 2006. Kemudian muncul Friendster dan Multiply, yang dilengkapi dengan blog.

Adakah pengaruh jejaring sosial terhadap blog?
Media sosial baru muncul dan berekspansi dengan karakter tulisan pendek, seperti Twitter, Tumblr, dan Facebook. Ini memunculkan tren baru dan disukai mereka yang tidak tahan (membaca) tulisan panjang.

Akibatnya, muncul kasta baru, yakni teknografi sosial—sebagai cara baru memetakan pasar. Dulu pasar dipetakan secara demografis dan psikografis.

Lantas?
Dengan perkembangan yang ada dan orang semakin mobile, media sosial dipecah lagi menjadi kreator dan conversationalist. Kreator adalah mereka yang punya laman atau blog sendiri yang terus di-update secara reguler, sehingga media mereka hidup. Conversationalist adalah orang yang suka mengobrol, punya akun di microblog, dan sangat aktif.

Mereka inikah yang berkembang?
Orang di level ini sangat susah jadi kreator karena harus menulis panjang. Tapi orang kreator bisa menjadi conversationalist. Terjadi peralihan di sini.

Ini berdampak menurunnya popularitas blog?
Blog yang dulu ramai kemudian menurun, dan hanya beberapa yang bertahan. Memang karakter conversationalist seperti itu. Di Twitter mereka cerewet. Jumlah kreator memang tidak banyak, yang banyak adalah conversationalist.

Bagaimana dengan tren memanfaatkan blog untuk menghasilkan uang?
Orang nge-blog karena ingin menulis. Tapi ada yang nge-blog untuk mencari uang, bukan karena passion. Blog yang bertujuan mencari uang sering kali isinya tidak jelas.

Ada data tentang perkembangan mereka?
Saya tidak tahu. Mereka hanya menjadikan blog sebagai media mencari uang. Sementara (aktivitas) blogger itu sebenarnya menulis.

Dikutip dari Sumber : http://id.spesial.yahoo.com/news/wawancara-nukman-luthfie--pudarnya-pamor-blog-nl-beautifully-different-043706778.html,