Sabtu, November 28, 2015

Hari Raya Saraswati

MAKNA DAN INTI PERAYAAN HARI RAYA SARASWATI

Hari raya Saraswati adalah hari yang penting bagi umat hindu, khususnya bagi siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia. Hari raya Saraswati diperingati setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Saniscara Umanis wuku Watugunung.

Di hari Saraswati biasanya pagi2 para siswa sekolah sudah sibuk mempersiapkan upacara sembahyang di sekolah masing2, sehabis itu biasanya para siswa melanjutkan sembahyang ke pura2 lainnya. Dan pura yang menjadi paforit adalah pura Jagatnatha yang ada dipusatkota. Di sekolah, di pura, di rumah maupun di perkantoran semua buku, lontar, pustaka2 dan alat2 tulis di taruh pada suatu tempat untuk diupacarai.Adamitos pada hari Saraswati tidak diperbolehkan untuk menulis dan membaca lho…

Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya.

Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.

Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kin membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan veena atau bermudra memberkahi.

Makna dan simbol-simbol ini adalah:

1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih dan suci.

2. Kitab/pustaka ditangan kiri, bermakna: Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat se-kular. Tetapi walaupun vidya (ilmu pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan kita ke moksha, namun avidya (ilmu pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu). Seperti yang dijelaskan Isavasya-Upanishad: “Kita melampaui kelaparan dan da-haga melalui avidya, kemudian baru melalui vidya meniti dan mencapai moksha.”

3. Veena, bermakna : seni, musik, budaya dan suara AUM. Juga merupakan simbol keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan dengan alam lingkungan.

4. Akshamala/ganatri/tasbih di tangan kanan, bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu lebih berarti daripada berbagai sains yang bersifat secular (ditangan kiri). Akan tetapi bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun tanpa penghayatan dan bakti yang tulus, maka semua ajaran ini akan mubazir atau sia-sia.

5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan, bermakna: Simbol kebodohan dan kemewahan duniawi yang sangat memukau namun menye-satkan (avidya).

6. Angsa (Hamsa), melambangkan: Bisa me-nyaring air dan memisahkan mana kotoran dan mana yang bisa dimakan, mana yang baik mana yang buruk, walaupun berada di dalam air yang kotor dan keruh maupun Lumpur, (simbol vidya).

7. Merak , bermakna: berbulu indah, cantik dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan. Dan ber-sama dengan angsa bermakna sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai pesan-pesan-Nya).

8. Bunga Teratai/Lotus, bermakna: bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga yang in-dah walaupun hidupnya di atas air yang kotor.

Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai

Widhi widhana (bebanten = sesajen) terdiri dari peras daksina, bebanten dan sesayut Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan bija (beras) kuning.

Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga.

Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.
Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram “Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami“.
Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat“.
Masukkan kedalam sesangku.
Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:
Mantra Artinya
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam. Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
Om, Pranamya sarwa dewanca
para matma nama wanca.
rupa siddhi myaham. Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.
Om Padma patra wimalaksi
padma kesala warni
nityam nama Saraswat. Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.
Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam sangku. Sekian mantram permohonan tirta Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:
Om, Saraswati sweta warna ya namah.
Om, Saraswati nila warna ya namah.
Om, Saraswati pita warna ya namah.
Om, Saraswati rakta warna ya namah.
Om, Saraswati wisma warna ya namah.
Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati
Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :
Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai Çiwa Raditya).
Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai Tri Purusa)
Dewi Saraswati.
Ucapkan mantra berikut:
Mantramnya Artinya
Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo namah.
Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya nama swaha. Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar merah yang utama. Putih Iaksana tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.
Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir selalu dipuja.
Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti saha sranam Agadam bhawa sagare. Om, nama Çiwaya. Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci. Jernih pelebur mala, beribu mala manusia olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
Om, Saraswati namostu bhyam,
Warade kama rupini,
Siddha rastu karaksami,
Siddhi bhawantume sadam. Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.
Sesudah sembahyang dilakukan metirtha dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai berikut :

Meketis3 kali dengan mantram:
Om, Budha maha pawitra ya namah.
Om, Dharma maha tirtha ya namah.
Om, Sanghyang maha toya ya namah.
Minum 3 kali dengan mantram:
Om, Brahma pawaka.
Om, Wisnu mrtta.
Om, Içwara Jnana.
Meraup3 kali dengan mantram :
Om, Çiwa sampurna ya namah.
Om, Çiwa paripurna ya namah.
Om, Parama Çiwa suksma ya namah.
Terakhir melabahan Saraswati yaitu makan surudan Saraswati sekedarnya, dengan tujuan memohan agar diresapi oleh wiguna Saraswati
MAKNA PEMUJAAN KEPADA DEWI SARASWATI.

Pada masyarakat awam bertanya apa maksud menyembah dewa-dewa atau dewi-dewi melalui simbol-simbol atau patung, gambar dan sebagai-nya? Padahal Tuhan hanya satu, kenapa ada ba-nyak dewa atau dewi?

Dewa berasal dari kata”div” yaitu sinar/pan-caran. Pengertiannya adalah bahwa Tuhan itu adalah satu, tapi mempunyai aspek-aspek de-ngan pancaran sinar-Nya (Nur Illahi) yang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. ang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. Pada saat menciptakan disebut Brahma, saat memelihara disebut Wishnu, dan saat pendaurulang disebut Shiwa, dan sebagainya. Tapi sebenarnya Brahma, Wishnu, Shiva adalah satu (Trimurti).

Paradewa ini mempunyai pendamping (Shak-ti), yaitu: Brahma shakti-Nya Saraswati, Wishnu shakti-Nya Lakshmi dan Shiwa shakti-Nya Parvati (Durga). Disini Dewi Saraswati sebagai aspek Tuhan Yang Maha Esa pada saat menganugrah-kan/munurunkan ilmu pengetahuan (vidya), ke-cerdasan, ucapan, musik, budaya dan seba-gainya. Demikian pula dijabarkan dalam konsep Gayatri yang terdiri dari tiga aspek, yaitu: Saras-wati menguasai ucapan/tutur kata, Gayatri me-nguasai intelek/budhi dan savitri yang menguasai prana/nafas.

Jadi makna pemujaan Dewi Saraswati adalah memuja dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memfokuskan pada aspek Dewi Sa-raswati (simbol vidya) atas karunia ilmu penge-tahuan yang di karuniakan kepada kita semua, sehingga akan terbebas dan avidyam (kebodoh-an), agar dibimbing menuju ke kedamaian yang abadi dan pencerahan sempurna.

Setelah Saraswati puja selesai, biasanya dilakukan mesarnbang semadhi, yaitu semadhi ditempat yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan tujuan menernukan pencerahan Ida Hyang Saraswati

Puja astawa yang disiapkan ialah : Sesayut yoga sidhi beralas taledan dan alasnya daun sokasi berupa nasi putih daging guling, itik, raka-raka sampian kernbang payasan. Sesayut ini dihaturkan di atas tempat tidur, dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Aji Saraswati.

Keesokan harinya dilaksanakan Banyu Pinaruh, yakni asuci laksana dipagi buta berkeramas dengan air kumkuman. Ke hadapan Hyang Saraswati dihaturkan ajuman kuning dan tamba inum. Tamba inum ini terdiri dari air cendana, beras putih dan bawang lalu diminum, sesudahnya bersantap nasi kuning garam, telur, disertai dengan puja mantram:

Om, Ang Çarira sampurna ya namah swaha.
Semua ini mengandung maksud, mengambil air yang berkhasiat pengetahuan.

MAKNA DARI PERAYAAN DEWI SARASWATI.

Dari perayaan ini kita dapat mengambil hik-mahnya, antara lain:

1. Kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.

2. Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebe-naran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.

3. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.

4. Kita belajar dan angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan.

5. Kita masih memerlukan/mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi harus diimbangi dengan ilmu spiritual dengan peng-hayatan dan bakti yang tulus.

6.Laksanakan Puja/sembahyang sesuai de-ngan kepercayaannya masing-masing secara sederhana dengan bakti yang tulus/ihlas, bisa dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain.
Isi Dikutip dari Pasemetonan Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Warmadewa. Foto dari Mr. Wednesday

Rahina Banyu Pinaruh

Banyu Pinaruh adalah upacara yadnya yang dilakukan setelah hari raya saraswati, yang bertujuan untuk pembersihan dan kesucian diri.

Banyu Pinaruh yang berasal kata dari
Banyu berarti air,
Pinaruh atau Pengeruwuh berarti pengetahuan
yang pada hari ini secara nyata umat membersihkan badan dan keramas pada sumber - sumber air atau di laut.

Akan tetapi prosesi bermakna untuk membersihkan kegelapan pikiran yang melakat pada tubuh manusia, dengan ilmu pengetahuan atau mandi dengan ilmu pengetahuan, demikian dikutip dari blog bali pasti.

Pelaksanaan dan tetandingan banten disebutkan dalam babad bali, banyu pinaruh (pina wruh) dina redite / minggu paing wuku sinta.
Asucilaksana. pelaksanaannya, di pagi hari umat asucilaksana (mandi, keramas dan berair kumkuman).
Upakara, (tetandingan banten), diaturkan
labaan nasi pradnyan,
jamu sad rasa dan air kumkuman.
Setelah diaturkan pasucian / kumkuman labaan dan jamu,
dilanjutkan dengan nunas kumkuman,
muspa atau sembahyang,
matirta,
nunas jamu, dan
labaan Saraswati / nasi pradnyan barulah upacara diakhiri / lebar.

Diambil dari harirayahindu blogspot

Jumat, November 27, 2015

Google Maps Sudah Bisa Tanpa Internet di Indonesia, Caranya?

KOMPAS.com — Dipamerkan untuk pertama kali pada ajang Google I/O Mei lalu, kemampuan mengakses Google Maps tanpa koneksi internet (offline) akhirnya sudah bisa digunakan di Indonesia mulai Senin (23/11/2015).

"Dengan peluncuran fitur offline di Google Maps, kami ingin menghilangkan ketidakpastian ini (internet putus mendadak) agar orang Indonesia bisa menemukan tujuan mereka tanpa berbelok di jalan yang salah," kata Nikhil Vaishnavi, Product Manager Google Maps, dalam keterangan pers yang diterima KompasTekno.

Fitur offline ini mengizinkan pengguna untuk mengunduh sebuah area ke ponsel. Jadi, saat perangkat mulai offline, Google Maps tetap bisa bekerja seperti biasa.

Saat masuk ke mode offline, pengguna tetap bisa mencari destinasi, mendapat navigasi belokan demi belokan, dan menemukan informasi tentang destinasi tersebut, seperti jam operasional, nomor telepon, dan rating.

Tentu saja, area yang ingin dicari pengguna sebelumnya sudah harus diunduh terlebih dahulu sebelum masuk ke mode offline. Apabila area belum diunduh, Google Maps tidak akan menampilkan destinasi yang dicari.

Kemampuan akses offline ini diharapkan dapat membantu pengguna memangkas pemakaian data (dan sedikit banyak penggunaan baterai) saat mengakses Maps di tengah jalan.

Kemampuan offline tersebut bakal hadir di Google Maps versi terbaru. Google mengungkapkan, versi terbaru ini akan dirilis secara bertahap kepada pengguna Android mulai hari ini. Sementara itu, versi iOS bakal segera menyusul.

Bagi pengguna yang sudah mendapat pembaruan, berikut langkah-langkah memanfaatkan fitur akses offline pada Google Maps.

Untuk perangkat berbasis Android:

1. Pastikan Anda terhubung ke internet dan masuk ke akun Google.
2. Buka aplikasi Google Maps.
3. Telusuri tempat, misalnya Jakarta.
4. Di bagian bawah, sentuh kotak yang mencantumkan nama tempat yang ditelusuri.
5. Pilih unduh.

Untuk perangkat berbasis iOS:

1. Pastikan Anda terhubung ke internet dan masuk ke akun Google.
2. Buka aplikasi Google Maps.
3. Telusuri tempat, misalnya Jakarta.
4. Di bagian bawah, sentuh kotak tempat nama lokasi yang Anda telusuri.
5. Di kanan atas, sentuh menu three vertical dots.
6. Untuk menyimpan peta, pilih simpan peta offline. Ikuti petunjuk di layar.

Untuk melihat peta offline, masuk ke Google Maps, kemudian sentuh three vertival dots dan pilih area offline.

Untuk versi iOS, ukuran terbesar untuk peta offline adalah 50 km x 50 km. Jika mencoba untuk menyimpan area yang lebih besar dari ukuran maksimum, pengguna akan diminta memperkecil area unduhan.

Sementara itu, untuk versi Android, area yang bisa diunduh adalah 120.000 kilometer persegi.
Dikutip dari Kompas.Tekno

Rabu, November 25, 2015

Hari Guru 2015, Jokowi Cium Tangan dan Tunduk kepada Sang Guru

Jakarta Ada pemandangan yang tidak biasa dalam acara puncak perayaan Hari Guru Nasional (HGN) 2015 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (24/11/2015). Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan kejutan yang luar biasa dari orang-orang yang berjasa di dalam hidupnya.

Presiden Indonesia ke-7 tersebut tak menyangka akan bertemu dengan para guru yang telah mendidiknya sewaktu di bangku SMP dan SMA. Diantara belasan guru yang ditemui oleh Jokowi ada satu guru wanita yang duduk di kursi roda bernama Ibu Sutoto yang merupakan guru Aljabar Jokowi semasa sekolah di SMP Negeri 1 Solo.

Setelah menyelesaikan pidatonya, Jokowi pun langsung menemui Ibu Sutoto dan ia pun tak segan untuk membungkukan badan dan mencium tangan Ibu Sutoto yang telah mendidiknya.

Dalam pidatonya Jokowi pun sempat berujar bahwa ia tidak akan pernah melupakan jasa-jasa para guru yang telah mendidiknya hingga menjadi orang yang cerdas.

Penghargaan Satya Lencana Pendidikan diberikan oleh Jokowi kepada guru-guru berprestasi yang berasal dari seluruh Indonesia.
“Saya hargai tema tahun ini, guru mulia karena karya. Kemuliaan guru memang dari karya-karyanya. Saya adalah karya dari guru-guru saya,” ujar Jokowi. Mengambil tema ‘Guru Mulia karena Karya’ perayaan Hari Guru 2015 diharapkan bisa memotivasi seluruh tenaga pendidik supaya bisa terus bekerja untuk mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih baik. Selamat Hari Guru Nasional!
Dikutip dari tulisan By Gadis Abdul on 25 Nov 2015 Bintang.com Foto oleh mr.wednesday

Senin, November 23, 2015

Ulangan Akhir Semester Ganjil T.A. 2015/2016

Tidak terasa semester ganjil sudah tinggal beberapa minggu lagi. Seperti biasa untuk menguji kemampuan siswa dilaksanakan ulangan akhir semester. Mulai Sabtu, 21 Nopember 2015 SMP Dwijendra melaksanakan kegiatan ulangan akhir semester untuk mata pelajaran IPS dan Seni Budaya.
Dilanjutkan dengan Ulangan Bersama MKKS SMP Kota Denpasar untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk anak-anak supaya memantapkan soal-soal ulangan bersama pada tahun sebelumnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan ulangan akhir sekolah sampai hari Jumat. Sabtu harinya dilakukan persembahyangan Hari Raya Siwaratri. Sesuai dengan kalender Bali setiap 210 hari diadakaan persembahyangan untuk memuja Sang Hyang Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan.

Jumat, November 06, 2015

Tim Cerdas Cermat SMP DJ berjaya di Olimpiade Fisika Unud

Prestasi terbaru yang ditorehkan siswa -siswi SMP Dwijendra adalah medali emas dalam Olimpiade Fisika Se-Jawa Bali Nusra yang dilaksanakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Udayana, 4 Nopember 2015 di Bukit Jimbaran.
Mereka yang berhasil menorehkan medali emas dibidang Cerdas Cermat adalah Ni Wayan Noni Artini dan Ni Kadek Ayu Mitha Wulandari sedangkan peringkat sepuluh besar pada bidang tes tulis disumbangkan oleh Ni Putu Yulia Ary Santini. Semua siswa tersebut adalah siswa kelas IX A, kelas yang dijadikan acuan dalam kemajuan prestasi akademik di SMP Dwijendra.
Menurut tim pembina Olimpiade IPA, mereka  dilatih secara intensif selama 12 kali pertemuan secara bergiliran supaya materi dapat diterima lebih banyak. Besarnya antusias dalam berlomba menjadi semangat tambahan bagi para tim pembina.