Minggu, November 03, 2013

Veteran Pejuang Asimah Tjilik Berpulang

TOKOH wanita veteran pejuang Bali, Asimah Tjilik berpulang dengan tenang dalam usia 87 tahun, Kamis (31/10) lalu. Kini jenazah tokoh veteran Bali ini disemayamkan di rumah duka di Jl. Mayor Metra No. 21 Liligundi, Singaraja.

Eed upacara pengabenan akan diawali dengan upacara mabersih tanggal 7 November pukul 14.00 wita. Sedangkan upacara pengabenan dilaksanakan 8 November mendatang di Setra Buleleng pukul 10.00 wita. Semua rangkaian upacara di-sanggra krama Br. Liligundi.

Asimah Tjilik adalah istri veteran pejuang Bali Pak Tjilik (alm). Keduanya menyimpan kisah heroik melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Bahkan semasa hidupnya Asimah Tjilik sangat dekat dengan tokoh veteran pejuang asal Br. Lumajang Samsam, Tabanan, alm. Desak Gede Raka Nadha yang berpulang terlebih dahulu.

Almarhumah meninggalkan enam anak, masing-masing Ir. I Wayan Abdi Negara, M.Si., yang kini menjadi Sekretaris Yayasan Dwijendra Pusat Denpasar, Nengah Abdiwati yang kini menjadi sulinggih, I Wayan Astawa Jaya, S.H., Dra. Susilawati (Wakasek SMA Dwijendra), Nyoman Satia Negara, S.H., M.H. (PNS) dan Ketut Yadnyaningsih.

Ketua Yayasan Dwijendra Pusat Drs. MS Chandrajaya, S.H., M.Hum. yang juga dari keluarga pejuang, Sabtu (2/11) kemarin langsung memimpin jajaran Dwijendra mengungkapkan rasa belasungkawa ke rumah duka sekaligus merasa kehilangan wanita pejuang yang ikut bersama suami membidani lahirnya Dwijendra. Chandrajaya saat itu didampingi para kepala TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Rektor Undwi Dr. I Ketut Wirawan, S.H., M.Hum.

Putra tertua almarhumah, I Wayan Abdi Negara, menjelaskan ibundanya mengembuskan napas terakhir di rumah Monang-maning akibat sakit karena lanjut usia. Anggota LVRI Bali bernomor 696/04/IX ini di mata anak-anaknya adalah seorang ibu yang setia dan gigih berjuang membela bangsa. Termasuk berjuang di keluarga mendidik anak-anaknya menempuh pendidikan setinggi mungkin. Untuk itu dia mohon doa restu kepada teman sejawat, keluarga dan krama Bali agar arwahnya diterima di sisi Tuhan dan rangkaian upacara berjalan lancar. Dia juga minta maaaf atas kesalahan yang diperbuat ibundanya tercinta selama hidupnya.

Disiksa NICA

Asimah Tjilik dilahirkan di Yogyakarta, 22 November 1926. Asimah Tjilik ini menyimpan berbagai kisah dan memori sedih penuh penyiksaan selama zaman revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan.

Pada zaman NICA masuk Bali, Asimah yang saat itu menuntut ilmu di Pertiwi School Tabanan rela berhenti sekolah karena putri Tomo Wiharjo dan Saodah ini harus menjadi pasukan penghubung dan pemasok makanan bagai para pejuang. Selama menjalankan tugasnya itu, dia sering ditangkap oleh tentara NICA bahkan disiksa. Dia kerap tak mau menjelaskan soal strategi perjuangan rekan para pejuang sehingga sering mendapatkan tendangan dan penyiksaan. Bahkan pelipisnya pernah robek karena disiksa tentara NICA.

Namun di balik kisah perjuangan itulah dia bertemu jodoh dengan Nengah Wirtha Tamu yang kemudian dikenal dengan sebutan Pak Tjilik. Bahkan dia rela menjalani cinta jarak jauh selama 12 tahun, sebab Pak Tjilik bertugas di Buleleng sedangkan dia di Tabanan. Usai masa perjuangan dia diangkat menjadi pegawai di RS Tabanan. Saat itulah dia dipersunting Pak Tjilik. Bahkan hari pernikahannya sangat unik yakni tepat digelar tanggal 17 Agustus karena penuh nuansa heroik.

0 comments:

Posting Komentar