Outbond kali ini memilih tiga tempat sebagai tujuan kunjungan outbond PTD, yaitu :
1. Museum Gunung Api Batur
2. Istana Tampak Siring
3. Pura Gunung Kawi Gianyar
Adapun dari ketiga tempat tersebut Istana Tampak Siring menjadi hal baru bagi anak-anak. Menurut situs resmi kepresidenan, nama Tampaksiring diambil dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu tampak (yang
bermakna 'telapak ') dan siring (yang bermakna 'miring'). Menurut sebuah legenda
yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas telapak
kaki seorang Raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, tetapi
bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya
menyembahnya. Sebagai akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan
mengirimkan balatentaranya untuk menghacurkannya. Namun, Mayadenawa berlari
masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan
memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap agar para pengejarnya
tidak mengenali bahwa jejak yang ditinggalkannya itu adalah jejak manusia, yaitu
jejak Mayadenawa.
Usaha Mayadenawa gagal. Akhirnya ia ditangkap oleh para pengejarnya. Namun,
sebelum itu, dengan sisa-sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air
beracun yang menyebabkan banyak kematian bagi para pengejarnya setelah mereka
meminum air dari mata air ciptannya itu. Batara Indra pun menciptakan mata air
yang lain sebagai penawar air beracun tersebut. Air Penawar racun itu diberi
nama Tirta Empul (yang bermakna 'airsuci'). Kawasan hutan yang dilalui Raja
Mayadenawa denagn berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah wilayah ini
dikenal dengan nama Tampaksiring.
Menurut riwayatnya, disalah satu sudut kawasan Istana Tampaksiring, menghadap
kolam Tirta Empul di kaki bukit, dulu pernah ada bangunan peristirahatan milik
Kerajaan Gianyar. Di atas lahan itulah sekarang berdiri Wisma Merdeka , yaitu
bagian dari Istana Tampaksiring yang pertama kali dibangun.
Istana Kepresidenan Tampaksiring berdiri atas prakarsa Presiden I Republik
Indonesia, Soekarno, sehingga dapat dikatakan Istana Kepresidenan Tampaksiring
merupakan satu-satunya istana yang dibangun pada masa pemerintahan Indonesia.
Pembangunan istana dimulai taun 1957 hingga tahun 1960. Namun, dalam rangka
menyongsong kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit
XIV) yang diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring
menambahkan bangunan baru berikut fasilitas - fasilitasnya, yaitu gedung untuk
Konferensi dan untuk resepsi. Selain itu, istana juga merenovasi Balai Wantilan
sebagai gedung pagelaran kesenian.
Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara bertahap. Arsiteknya ialah
R.M Soedarsono. Yang pertama kali dibangun adalah Wisma Merdeka dan Wisma
Yudhistira, yakni pada tahun 1957. Pembangunan berikutnya dilaksanakan tahun
1958, dan semua bangunan selesai pada tahun 1963. Selanjutnya, untuk kepentingan
kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali
pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana dibangun gedung baru untuk Konferensi
beserta fasilitas-fasilitasnya dan merenovasi Balai Wantilan. Kini Tampaksiring
juga memberikan kenyamanan kepada pengunjungnya (dalam rangka kepariwisataan)
dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar,
Koro Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.
Sejak dirancangnya / direncanakan, pembangunan Istana Kepresidenan
Tampaksiring difungsikan untuk tempat peristirahatan bagi Presiden Republik
Indonesia beserta keluarga dan bagi tamu-tamu negara. Usai pembangunan istana
ini, yang pertama berkunjung dan bermalam di istana adalah pemrakarsanya, yaitu
Presiden Soekarno. Tamu Negara yang bertama kali menginap di istana ini ialah
Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand, yang berkunjung ke Indonesia bersama
permaisurinya, Ratu Sirikit (pada tahun 1957).
Menurut catatan, tamu-tamu negara yang pernah berkunjung ke Istana
Kepresidenan Tampaksiring, antara lain adalah Presiden Ne Win dari Birma (
sekarang Myanmar), Presiden Tito dari Yugoslavia, Presiden Ho Chi Minh dari
Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruchev dari Uni
Soviet, Ratu Juliana dari Negeri Belanda, dan Kaisar Hirihito dari Jepang.
Terlepas dari itu, apakah anak-anak tahu apa itu Outbond?
Menurut Insan Kirana, Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga dapat memacu
semangat belajar dan motivasi pengembangan diri. Outbound merupakan
sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian
pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas
seseorang. Oleh karena itu, Kimpraswil menyatakan bahwa outbound adalah
usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka
melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi.
Kegiatan outbound berawal dari sebuah pengalaman sederhana seperti
bermain. Bermain juga membuat setiap orang merasa senang, dan bahagia.
Dengan bermain orang dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi,
dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Oleh karena
itu, bermain merupakan fitrah yang dialami setiap manusia.
Pengalaman merupakan guru dalam proses pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang mengalami proses alami bermain. Hal itu dalam rangka menambah dan mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun orang tua. Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruangan terbuka atau tertutup.
Berdasarkan latar belakang tersebut outbound merupakan perpaduan antara permainan-permainan sederhana, permainan ketangkasan, dan olah raga, serta diisi dengan petualangan-petualangan. Hal itu yang akhirnya membentuk adanya unsur-unsur ketangkasan, dan kebersamaan serta keberanian dalam memecahkan masalah. Seperti halnya manager INSAN KARIMA ISLAMIC GROUND OUTBOUND menegaskan bahwa “permainan yang disajikan dalam outbound memang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang ’tersentuh’ tapi juga afeksi (emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir).
Manfaat dan Tujuan Outbound
Kegiatan belajar di alam terbuka seperti outbound bermanfaat untuk meningkatkan keberanian dalam bertindak maupun berpendapat. Kegiatan outbound membentuk pola pikir yang kreatif, serta meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi. Kegiatan ini akan menambah pengalaman hidup seseorang menuju sebuah pendewasaan diri.
Pengalaman dalam kegiatan outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu mulai dari pembentukan kelompok. Kemudian setiap kelompok akan menghadapi bagaimana cara berkerja sama. Bersama-sama mengambil keputusan dan keberanian untuk mengambil risiko. Setiap kelompok akan meng-hadapi tantangan dalam memikul tanggung yang harus dilalui.
Tujuan outbound secara umum untuk menumbuhkan rasa percaya dalam diri guna memberikan proses terapi diri (mereka yang berkelainan) dalam berkomunikasi, dan menimbulkan adanya saling pengertian, sehingga terciptanya saling percaya antar sesama. Ancok pun menegaskan dalam bukunya Outbound Management Training (2003: 3) bahwa:
Metode pelatihan di alam terbuka juga digunakan untuk kepentingan terapi kejiwaan (lihat Gass, 1993). pelatihan ini digunakan untuk meningkatkan konsep diri anak-anak yang nakal, anak pencandu narkotika, dan kesulitan di dalam hubungan sosial. Metode yang sama juga digunakan untuk memperkuat hubungan keluarga ber-masalah dalam program family therapy (terapi keluarga). Afiatin (2003) dalam penelitian disertasinya telah menggunakan pelatihan outbound untuk penangkalan pengguna obat terlarang (narkoba). Dalam penelitiannya Afiatin menemukan bahwa penggunaan metode outbound mampu meningkatkan ketahanan terhadap godaan untuk menggunakan narkoba. Selain itu dilaporkan pula oleh Afiatin, penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson bahwa kegiatan di dalam outbound training dapat meningkatkan perasaan hidup bermasyarakat (sense of community) diantara para peserta latihan.
Pengalaman merupakan guru dalam proses pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang mengalami proses alami bermain. Hal itu dalam rangka menambah dan mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun orang tua. Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruangan terbuka atau tertutup.
Berdasarkan latar belakang tersebut outbound merupakan perpaduan antara permainan-permainan sederhana, permainan ketangkasan, dan olah raga, serta diisi dengan petualangan-petualangan. Hal itu yang akhirnya membentuk adanya unsur-unsur ketangkasan, dan kebersamaan serta keberanian dalam memecahkan masalah. Seperti halnya manager INSAN KARIMA ISLAMIC GROUND OUTBOUND menegaskan bahwa “permainan yang disajikan dalam outbound memang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang ’tersentuh’ tapi juga afeksi (emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir).
Manfaat dan Tujuan Outbound
Kegiatan belajar di alam terbuka seperti outbound bermanfaat untuk meningkatkan keberanian dalam bertindak maupun berpendapat. Kegiatan outbound membentuk pola pikir yang kreatif, serta meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi. Kegiatan ini akan menambah pengalaman hidup seseorang menuju sebuah pendewasaan diri.
Pengalaman dalam kegiatan outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu mulai dari pembentukan kelompok. Kemudian setiap kelompok akan menghadapi bagaimana cara berkerja sama. Bersama-sama mengambil keputusan dan keberanian untuk mengambil risiko. Setiap kelompok akan meng-hadapi tantangan dalam memikul tanggung yang harus dilalui.
Tujuan outbound secara umum untuk menumbuhkan rasa percaya dalam diri guna memberikan proses terapi diri (mereka yang berkelainan) dalam berkomunikasi, dan menimbulkan adanya saling pengertian, sehingga terciptanya saling percaya antar sesama. Ancok pun menegaskan dalam bukunya Outbound Management Training (2003: 3) bahwa:
Metode pelatihan di alam terbuka juga digunakan untuk kepentingan terapi kejiwaan (lihat Gass, 1993). pelatihan ini digunakan untuk meningkatkan konsep diri anak-anak yang nakal, anak pencandu narkotika, dan kesulitan di dalam hubungan sosial. Metode yang sama juga digunakan untuk memperkuat hubungan keluarga ber-masalah dalam program family therapy (terapi keluarga). Afiatin (2003) dalam penelitian disertasinya telah menggunakan pelatihan outbound untuk penangkalan pengguna obat terlarang (narkoba). Dalam penelitiannya Afiatin menemukan bahwa penggunaan metode outbound mampu meningkatkan ketahanan terhadap godaan untuk menggunakan narkoba. Selain itu dilaporkan pula oleh Afiatin, penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson bahwa kegiatan di dalam outbound training dapat meningkatkan perasaan hidup bermasyarakat (sense of community) diantara para peserta latihan.
Tujuan outbound menurut Adrianus dan Yufiarti, dalam jurnal Memupuk
Karakter Siswa melalui Kegiatan Outbound (2006: 42) adalah untuk:
1) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa;
2) Berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima lingkungan;
3) Mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan menghargai perbedaan;
4) Membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam kegiatan-kegiatan;
5) Lebih mandiri dan bertindak sesuai dengan keinginan;
6) Lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain;
7) Mampu berkomunikasi dengan baik;
8) Mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif;
9) Memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter yang baik;
10)Menanamkan nilai-nilai yang positif sehingga terbentuk karakter siswa sekolah dasar melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup;
11)Mengembangkan kualitas hidup siswa yang berkarakter;
12)Menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan.
Dari uraian di atas jelas bahwa outbound bertujuan sebagai proses terapi individu dan terapi keluarga atau kelompok yang mengalami kesenjangan. Terapi individu misalnya pada anak yang mengalami penyimpangan seperti anak nakal, anak pemakai narkoba, anak yang mengalami gangguan hubungan sosial (anak berkebutuhan khusus). Sedangkan terapi keluarga atau kelompok yang mengalami kesenjangan sosial sehingga membutuhkan penyegaran (refresh). Baik dengan mengadakan rekreasi dan atau mengadakan kegiatan outbound. Misalnya saja pada sebuah kelompok atau lembaga mengadakan kegiatan outbound setahun sekali dalam rangka meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan kualitas karyawan dan perusahaan.
Kegiatan outbound individu atau kelompok akan mendapatkan manfaat yang beragam. Mulai dari menambah pengalaman baru. Memacu rasa keberanian. Membagun rasa kebersamaan. Komunikasi yang efektif antarsesama. Bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi. Memahami setiap kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya maupun orang lain. Dapat menimbulkan rasa saling menghargai dalam setiap keputusan. Selain itu juga outbound bermanfaat sebagai proses berlatih memacu cara berpikir seseorang agar selalu sistematis.
1) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa;
2) Berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima lingkungan;
3) Mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan menghargai perbedaan;
4) Membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam kegiatan-kegiatan;
5) Lebih mandiri dan bertindak sesuai dengan keinginan;
6) Lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain;
7) Mampu berkomunikasi dengan baik;
8) Mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif;
9) Memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter yang baik;
10)Menanamkan nilai-nilai yang positif sehingga terbentuk karakter siswa sekolah dasar melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup;
11)Mengembangkan kualitas hidup siswa yang berkarakter;
12)Menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan.
Dari uraian di atas jelas bahwa outbound bertujuan sebagai proses terapi individu dan terapi keluarga atau kelompok yang mengalami kesenjangan. Terapi individu misalnya pada anak yang mengalami penyimpangan seperti anak nakal, anak pemakai narkoba, anak yang mengalami gangguan hubungan sosial (anak berkebutuhan khusus). Sedangkan terapi keluarga atau kelompok yang mengalami kesenjangan sosial sehingga membutuhkan penyegaran (refresh). Baik dengan mengadakan rekreasi dan atau mengadakan kegiatan outbound. Misalnya saja pada sebuah kelompok atau lembaga mengadakan kegiatan outbound setahun sekali dalam rangka meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan kualitas karyawan dan perusahaan.
Kegiatan outbound individu atau kelompok akan mendapatkan manfaat yang beragam. Mulai dari menambah pengalaman baru. Memacu rasa keberanian. Membagun rasa kebersamaan. Komunikasi yang efektif antarsesama. Bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi. Memahami setiap kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya maupun orang lain. Dapat menimbulkan rasa saling menghargai dalam setiap keputusan. Selain itu juga outbound bermanfaat sebagai proses berlatih memacu cara berpikir seseorang agar selalu sistematis.
(http://insankarima.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=51&Itemid=56)
0 comments:
Posting Komentar